"Kecerdasan itu misterius, Laila.."
|
(Dokumentasi pribadi)
|
Novel Guru Aini, dengan 294 halaman merupakan karya Andrea Hirata yang diterbitkan pada Februari 2020 dan dicetak oleh Bentang Pustaka. Andrea Hirata mempersembahkan novel ini untuk Ibu Guru Marlis yang saya anggap merupakan guru beliau dahulu.
Novel ini mengangkat tema pendidikan, terutama di bidang matematikia dan menceritakan tentang Bu Desi Istiqomah binti Zainuddin. Dimana sedari muda beliau sangat ingin menjadi guru matematika seperti gurunya dahulu. Semangatnya berapi-api. Bahkan ketika semua orang menyepelekan pekerjaan mulia itu, Ibu Desi tak gentar. Hanya Ayah tercintanya yang mendukung penuh keputusan anaknya. Saat pembagian tugas penempatan kerja, Ibu Desi dengan murah hati menukar tempatnya dengan temannya. Dengan bangga ia pergi ke Tanjong Hampar, karena itu merupakan cita-citanya untuk menjadi guru matematika di pelosok Indonesia.
Ibu Desi menjadi guru matematika yang sangat dihormati di daerah itu. Ia juga dikenal cukup eksentrik. Kenapa? Itu karena sepatu olahraga putih bergaris merah yang selalu ia kenakan. Sepatu itu hadiah dari Ayahnya dan merupakan sumpahnya. Ya, beliau bersumpah untuk tidak menggantinya jika belum menemukam murid cerdas matematika. Beliau terus memakainya hingga sepatu itu tua dan lusuh. Begitulah kuatnya idealisme Ibu Desi.
Karena ketegasan dan kepandaian beliau dalam matematika serta sifatnya yang eksentrik, Ibu Desi mendapat julukan baru dari anak murid. Mereka memanggilnya Ibu Desi Mal. Karena kelas yang dimasuki oleh Ibu itu serasa di neraka bagi yang tak paham matematika.
Adapun Aini, salah satu murid di sekolah tempat Ibu Desi mengajar yang mengambil tindakan yang dianggap gila bagi teman-temannya. Yup, ia minta dipindahkan ke kelas Ibu Desi. Padahal, Aini merupakan siswa penghuni bangku belakang yang nilai-nilai mata pelajarannya cukup rendah. Apalagi pelajaran matematika. Melihat gurunya masuk saja, perut Aini sudah sakit melilit. Karena itu ia dianggap tidak waras oleh teman-temannya.
Tapi Aini tak peduli. Baginya jika bukan dengan Ibu Desi, seumur hidup ia tidak akan pandai matematika. Mengapa Aini mengambil resiko besar itu?
Hal itu karena ayahnya yang sakit dan ketika diperiksa, dokter di tempat mereka tinggal mengatakan bahwa ayahnya hanya bisa disembuhkan oleh dokter ahli. Karena itu ia ingin menjadi dokter ahli. Dan ia harus pandai matematika. Sebuah keinginan yang mulia.
Aini gila karena setiap yang dijelaskan Bu Desi ia tak paham dan Bu Desi juga gila dengan betapa bodohnya Aini. Aini bahkan nekat datang ke rumah ibu Desi untuk belajar privat. Walau awalnya ditolak, akhirnya Bu Desi menyetujuinya.
Kebodohan Aini berhasil ditaklukkan oleh Bu Desi dengan integral. Aini paham, dan ia akhirnya selamat dari paranoia matematika. Kisah selanjutnya adalah mengenai Aini yang lulus dan butuh uang untuk masuk fakultas Kedokteran yang kelanjutan ceritanya sendiri bisa dibaca di Novel "Orang-Orang Biasa".
Cerita yang cukup menggugah semangat. Bu Desi yang sesuai namanya, Istiqomah, berpegang teguh pada sumpahnya serta Aini yang berani mengambil langkah luar biasa menghadapi ketakutannya. Di dalam novel ini kita dapat membaca idiom-idiom indah mengenai matematika. Perumpamaan yang puitis mengenai matematika.