"Rindu yang kulirikkan dalam nyanyian
Rindu yang kusembunyikan dalam lukisan
Rindu yang kusiratkan dalam tulisan
Sudahkah kau temukan?"
|
(dokumentasi pribadi) |
Berikut adalah sepenggal puisi yang dituliskan seorang bujang kepada pujaan hatinya dalam novel berjudul AYAH yang ditulis oleh Andrea Hirata pada Mei 2015. Novel ini mengisahkan kisah cinta yang cukup dramatis antara Sabari dan Lena serta besarnya cinta seorang Ayah terhadap anaknya. Kisah ini bermula ketika Sabari, seorang pria polos sederhana yang menyukai seorang wanita cantik bernama Marlena, atau biasa dipanggil Lena. Lena merupakan cinta pertama dan terakhir Sabari saat sekolah dan saat dia hidup. Tidak ada yang dapat menggeser tahta Lena di hatinya. Namun apalah daya, Lena lebih memilih pria badboy daripada dirinya. Klise bukan? Eh tunggu dulu
Berbeda dengan Sabari yang culun, polos dan rajin belajar walau toh nilainya tetap pas-pasan. Lena adalah siswi cantik, keras kepala dan pemberani yang anti belajar apalagi ketika berpacaran dengan badboy sekolah. Namun Sabari tetap mencintainya. Menulis beribu-ribu puisi indah seperti yang kamu baca di atas kawan, hanya untuk Marlena.
Hingga dewasa, hati Sabari hanya untuk Lena. Bahkan ia rela dinikahkan dengan Lena yang tengah hamil agar si bayi punya bapak. Bahkan ia rela ketika Lena pergi meninggalkan ia dan si bayi berdua di gubuk sederhananya. Ia tetap mencintai Lena.
Namun kini hatinya mulai terbagi untuk si bayi mungil yang biasa ia panggil Zorro. Ketika Lena datang dan membawa pergi Zorro, hidup Sabari hancur. Ia seperti mayat hidup. Ia merindukan Zorro namun ia tetap mencintai Lena.
|
(Foto from google) |
Cerita yang cukup ironi. Karena sampai Sabari meninggal dunia, ia tetap tidak bisa mendapat cinta Lena. Padahal sudah begitu banyak pengorbanan yang ia berikan. Lena sungguh wanita berkepribadian keras. Sedikitpun ia tak berempati terhadap Sabari. Menurut saya, Lena juga wanita yang cukup jahat karena tega meninggalkan anaknya yang masih bayi, berdua dengan Sabari. Bahkan Sabari bukan ayah kandungnya dan perekonomiannya juga belum baik. Disini saya juga menyayangkan sikap dari keluarga Lena yang cukup berada, namun tidak memberi bantuan finansial untuk cucunya. Di novel memang tidak dijelaskan secara rinci.
Di novel ini kita akan disuguhkan puisi-puisi indah yang menentramkan hati. Karena dari puisi itu, karakter Sabari yang tulus dapat dirasakan. Novel ini memiliki alur maju-mundur. Mengajak kita, para pembaca untuk berada di masa lalu namun di bab berikutnya kita berada di masa sekarang dan masa depan. Cukup menarik dan tidak membosankan.
Novel Ayah, juga menceritakan tentang tulusnya persahabatan. Persahabatan Sabari dengan teman-temannya, Ukun dan Tamat yang membantu untuk mencari anaknya karena tak kuasa melihat sahabatnya menjadi gila dan tidak semangat hidup.
Seperti kebanyakan novel Andrea Hirata lainnya, novel Ayah juga menyajikan lelucon-lelucon ringan di dalamnya. Contohnya ketika teman Sabari bertanya mengapa ia dapat mengucapkan ijab kabul dengan cepat, lugas dan hanya sekali saja. Dengan tenang Sabari menjawab bahwa ia telah menghafal kata ijab kabul dengan Lena sejak kelas tiga SMP :D.
Nah, begitulah sedikit intipan dari Novel Ayah karya Andrea Hirata ini. Mengingat beliau tidak meletakkan sedikit cuplikan cerita di sampul belakang novel seperti kebanyakan. Atau, ini salah satu teknik marketing? Hehehe
Ayo, dibaca full bukunya karena ada kejutan-kejutan yang tidak kita sangka.
Selamat Membacaaa ~~~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar